Pages

Kamis, 21 Mei 2015

Ajang Ekspresikan Semangat Haflah



Ada yang jatuh bangun
Ada pula yang ketahuan curang. Gelaran haflah hari kedua berlangsung cukup menarik. Meskipun masih dalam suasan semester pagi, namun antusias para santri patut di beri acungan jempol khususnya santri-santri MTs yang masing penasaran dengan apa itu haflah. Haflah pada hari ini (18 Mei 2015) menyajikan lomba estafet bagi seluruh kelas MMH. Perlombaan dibagi dalam 10 gelombang, dan dari masing-masing gelombang tersebut akan diambil 3 kelas terbaik yang akan maju ke babak penyisihan selanjutnya. Sengatan panas matahari tak menyurutkan minat para supporter dan perwakilan  masing kelas yang semakin memenuhi halaman gen gar-roudhoh lokasi perlombaan. Sebagian dari mereka hingga naik triplek kelas, membuat barak-barak dari seng dan kayu yang ada.
          
  Sebelum memulai lomba terlebih dahulu panitia mempraktekkan jalannya perlombaan. Lomba minimal bisa diikuti oleh 5 orang. Mula-mula 1 orang berjalan terus ke selatan  membawa kelereng dengan sendok goli dan membawa tongkat. Kemudian tongkat diberikan kepada temannya yang berada paling selatan. Di sana ia telah bersiap-siap dengan membawa karung goni. Setelah tongkat diberikan kemudian tongkat dipit di antara kedua paha dan dibawa berjalan kepada 2 orang yangberada di sebelah utara. Cara memberikan dan menerimanya pun cukup unik yaitu dengan tetap menggunakan kedua paha yang mengapit tongkat. Setelah itu yang paling selatan memberikan karung goni. Kemudian berlari ke selatan kembali  memakai sarung goni sambil membawa sarung. Setelah sampai semuanya tadi bergandengan tangan dan menyalurkan sarung lalu yang berada di ujung berlari ke garis finis.
Sejak awal perlombaan dimulai sudah banyak kelas-kelas yang di diskualifikasi. Salah satunya yaitu kelas 4 MMH dan sebagian dari kelas 2 MMH yang mengikuti muhafadhoh. Dari santri madrasah Aliyah hanya sebagian saja yang mengikuti jalannya perlombaan, dikarenakan mereka lebih memilih untuk menyaksikan turnamen sepakbola antar pondok pesantren se ponorogo yang berlangsung di Old Trafordnya Darul Huda. Namun panitia bersikap tegas dengan tidak memperbolehkan menyaksikan turnamen sepak bola sebelum perlombaan estafet game selesai. Akhirnya mau tidak mau mereka beralih menyemarakkan estafet game. Sebagian dari santri turut memberikan komentar “ kalau ada pertandingan sepakbola antar pondok pesantren seharusnya kita boleh lihat jangan hanya di iming-imingi saja”.  
Beberapa hal unik sempat terjadi dalam pertandingan seperti beberapa kali harus mengulang dari awal Karena kelereng terjatuh, jatuh berguling-guling saat berlari dengan memakai karung goni, dan juga sempat kerepotan saat menyalurkan sarung dengan tetap bergandengan tangan. Ternyata ada satu kelas yang berisi rekan-rekan  panitia haflah  yang turut serta mengikuti lomba yaitu kelas 6 A. selain itu ada kelas yang ketahuan curang dengan memakai lem saat membawa kelereng dengan menggunakan sendok. Karena ketahuan oleh panitia maka langsung di diskualifikasi.
Salah satu panitia yang kami konfirmasi terkait perlombaan kali ini menyatakan “  kali ini nyata terlihat bahwa panitia kurang bisa mengondisikan para santri”. Acara kedepan ini bisa menjadi koreksi bagi panitia supaya dapat membuat acara yang berlangsung menjadi lancar berjalan dengan baik.
Lanjutan dari lomba estafet pada hari pertama menjadi lebih meriah.Masih bertempat di halaman gedung Ar-Roudhoh. Dari yang semula per gelombang masih banyak yang kosong. Namun setelah masuk babak penyisihan semua kelas yang masih tersisa, maju mendelegasikan pesertanya. Nyaris semangat dari mereka juga semakin bertambah karena dari masing-masing gelombang hanya akan diambil 2 pemenang yang akan maju ke babak semifinal.
            Masih dengan sengatan sinar matahari yang serasa membakar kulit, namun kali ini lebih terbantu dengan semilir angin yang membuat udara terasa agak mendingan. Untuk gelombang pertama yang akan bertanding adalah kelas 5 A, 1 I, 2G, 1 J, 1 F. Karena tensi yang semakin meningkat, masing-masing peserta nervous dan tergesa-gesa. Akibatnya berkali-kali harus mengulang karena kelerengnya jatuh. Kelas 5 A yang lolos pada babak ini melakukan latihan menyalurkan sarung di samping lapangan sambil menunggu bermain lagi agar memudahkan pada perlombaan selanjutnya. Walaupun bermain dengan angkatan dibawahnya, sama sekali tak terlihat rasa gengsi dalam diri mereka.
            Masih banyak juga yang bergerombol ingin menyaksikan turnamen sepakbola antar pondok pesantren namun oleh kang Ridho Majid Prabowo mereka dihadang agar mereka menyaksikan lomba estafet terlebih dahulu hingga selesai. Memang kebanyakan dari mereka telah gugur dalam perlombaan.
            Bahrus Syafi’i salah serang pemain dari kelas 5 D harus berjibaku, berguling-guling, terjatuh karena kesulitan memakai karung goni. Hingga pada tubuhnya terdapat luka. Walaupun akhirnya kalah perjuangannya patut diacungi jempol.
            Hingga babak final ternyata kelas-kelas santri senior ternyata tumbang, kalh oleh adik-adiknya. Kelas yang maju hinnga babak final adalah kelas 2G, O, 1Q. teknis perlombaan berubah. Peserta yang mahu hingga babak final harus menambah pesertanya menjadi 10 orang pemain untuk menyalurkan tongkat dan sarung. Perlombaan berlangsung tegang meskipun siapa yang maju ke babak final akan mendapat juara I, II,III.
            Akhirnya kelas 2G menjadi juara satu, dengan selang tak rerlalu jauh dari kelas 1Q dan kelas 1O. Ahmad dani salah satu pemain  kelas 2G yang berlari ke garis finis, ketika ditanyai perihal jalannya perlombaan mengatakan “ Perasaannya ya senang kang campur dredeg pernah jatuh. Tapi kegiatannya seru biar tidak mengingat-ingat liburan. Ya saran saya supaya lombannya lebih dimeriahkan lagi” ungkapnya .

0 komentar:

Posting Komentar