Ada
yang jatuh bangun
Ada
pula yang ketahuan curang. Gelaran
haflah hari kedua berlangsung cukup menarik. Meskipun masih dalam suasan
semester pagi, namun antusias para santri patut di beri acungan jempol
khususnya santri-santri MTs yang masing penasaran dengan apa itu haflah. Haflah
pada hari ini (18 Mei 2015) menyajikan lomba estafet bagi seluruh kelas MMH.
Perlombaan dibagi dalam 10 gelombang, dan dari masing-masing gelombang tersebut
akan diambil 3 kelas terbaik yang akan maju ke babak penyisihan selanjutnya.
Sengatan panas matahari tak menyurutkan minat para supporter dan perwakilan masing kelas yang semakin memenuhi halaman gen
gar-roudhoh lokasi perlombaan. Sebagian dari mereka hingga naik triplek kelas, membuat
barak-barak dari seng dan kayu yang ada.
Sejak
awal perlombaan dimulai sudah banyak kelas-kelas yang di diskualifikasi. Salah
satunya yaitu kelas 4 MMH dan sebagian dari kelas 2 MMH yang mengikuti
muhafadhoh. Dari santri madrasah Aliyah hanya sebagian saja yang mengikuti
jalannya perlombaan, dikarenakan mereka lebih memilih untuk menyaksikan
turnamen sepakbola antar pondok pesantren se ponorogo yang berlangsung di Old
Trafordnya Darul Huda. Namun panitia bersikap tegas dengan tidak memperbolehkan
menyaksikan turnamen sepak bola sebelum perlombaan estafet game selesai.
Akhirnya mau tidak mau mereka beralih menyemarakkan estafet game. Sebagian dari
santri turut memberikan komentar “ kalau ada pertandingan sepakbola antar
pondok pesantren seharusnya kita boleh lihat jangan hanya di iming-imingi
saja”.
Beberapa
hal unik sempat terjadi dalam pertandingan seperti beberapa kali harus
mengulang dari awal Karena kelereng terjatuh, jatuh berguling-guling saat
berlari dengan memakai karung goni, dan juga sempat kerepotan saat menyalurkan
sarung dengan tetap bergandengan tangan. Ternyata ada satu kelas yang berisi
rekan-rekan panitia haflah yang turut serta mengikuti lomba yaitu kelas
6 A. selain itu ada kelas yang ketahuan curang dengan memakai lem saat membawa
kelereng dengan menggunakan sendok. Karena ketahuan oleh panitia maka langsung
di diskualifikasi.
Salah
satu panitia yang kami konfirmasi terkait perlombaan kali ini menyatakan “ kali ini nyata terlihat bahwa panitia kurang
bisa mengondisikan para santri”. Acara kedepan ini bisa menjadi koreksi bagi
panitia supaya dapat membuat acara yang berlangsung menjadi lancar berjalan
dengan baik.
Lanjutan
dari lomba estafet pada hari pertama menjadi lebih meriah.Masih bertempat di
halaman gedung Ar-Roudhoh. Dari yang semula per gelombang masih banyak yang
kosong. Namun setelah masuk babak penyisihan semua kelas yang masih tersisa,
maju mendelegasikan pesertanya. Nyaris semangat dari mereka juga semakin
bertambah karena dari masing-masing gelombang hanya akan diambil 2 pemenang
yang akan maju ke babak semifinal.
Masih dengan sengatan sinar matahari
yang serasa membakar kulit, namun kali ini lebih terbantu dengan semilir angin
yang membuat udara terasa agak mendingan. Untuk gelombang pertama yang akan
bertanding adalah kelas 5 A, 1 I, 2G, 1 J, 1 F. Karena tensi yang semakin
meningkat, masing-masing peserta nervous dan tergesa-gesa. Akibatnya
berkali-kali harus mengulang karena kelerengnya jatuh. Kelas 5 A yang lolos
pada babak ini melakukan latihan menyalurkan sarung di samping lapangan sambil
menunggu bermain lagi agar memudahkan pada perlombaan selanjutnya. Walaupun
bermain dengan angkatan dibawahnya, sama sekali tak terlihat rasa gengsi dalam
diri mereka.
Masih banyak juga yang bergerombol
ingin menyaksikan turnamen sepakbola antar pondok pesantren namun oleh kang
Ridho Majid Prabowo mereka dihadang agar mereka menyaksikan lomba estafet
terlebih dahulu hingga selesai. Memang kebanyakan dari mereka telah gugur dalam
perlombaan.
Bahrus Syafi’i salah serang pemain
dari kelas 5 D harus berjibaku, berguling-guling, terjatuh karena kesulitan
memakai karung goni. Hingga pada tubuhnya terdapat luka. Walaupun akhirnya
kalah perjuangannya patut diacungi jempol.
Hingga
babak final ternyata kelas-kelas santri senior ternyata tumbang, kalh oleh
adik-adiknya. Kelas yang maju hinnga babak final adalah kelas 2G, O, 1Q. teknis
perlombaan berubah. Peserta yang mahu hingga babak final harus menambah
pesertanya menjadi 10 orang pemain untuk menyalurkan tongkat dan sarung.
Perlombaan berlangsung tegang meskipun siapa yang maju ke babak final akan
mendapat juara I, II,III.
Akhirnya kelas 2G menjadi juara
satu, dengan selang tak rerlalu jauh dari kelas 1Q dan kelas 1O. Ahmad dani
salah satu pemain kelas 2G yang berlari
ke garis finis, ketika ditanyai perihal jalannya perlombaan mengatakan “
Perasaannya ya senang kang campur dredeg pernah jatuh. Tapi kegiatannya seru
biar tidak mengingat-ingat liburan. Ya saran saya supaya lombannya lebih
dimeriahkan lagi” ungkapnya .
0 komentar:
Posting Komentar