Pages

Minggu, 24 Mei 2015

Berhumor Demi Kesiapan Mental si Cabe Rawit



Ketika jarum pendek sudah menunjuk pada angka tiga para dewan juri sudah terdengar membacakan tata tertib kembali. Rabu (20/5) merupakan hari kedua dari rangkaian kegiatan cerdas cermat TPA, TPQ, Madrasah Diniyyah se-kabupaten Ponorogo. Dihari kedua ini kegiatan yang sama dihelat di aula putri pondok pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo. Masih ditempat yang sama dengan kegiatan yang sama. Melanjutkan urutan peserta yang belum  dijadwalkan maju dihari selasa kemarin. Namun untuk dewan juri, dua juri masih sama dengan nama juri yang lalu. Beliau adalah al ustadz Agus Yusuf Alamsyah dan al ustadz Fathurrahman. Dan tempat ustadz Khusnul Atif digantikan oleh al ustadz Khusnudin. Bahkan dihari kedua ini para dewan juri sempat diperkenalkan asal daerahnya masing-masing. Ustadz Agus berasal dari Jambi, satu-satunya juri yang berasal dari luar jawa. Selanjutnya ustad Fathurrahman berasal dari Jinggol Kendal Ngawi. Dan terakhir ustadz Khusnudin berasal dari daerah Tlatah Bungkal Ponorogo. Ketiganya berkolaborasi untuk memandu para peserta lomba dalam membacakan soal yang sebelumnya telah disediakan oleh panitia lomba. Serta menentukan bagaimana pejalanan karier peserta dimedan lomba nantinya.
Dan disore yang lumayan panas dan tidak begitu berangin ini peserta lomba mulai berjuang demi mengharumkan nama sekolahnya masing-masing. Seperti halnya keigatan perlombaan dihari pertama, MC terlebih dahulu memperkenalkan nama masing-masing peserta dengan asal sekolah masing-masing. Tepuk tangan para penonton kembali terdengar riuh menyambut pejuang-pejuang cilik itu. Dibarisan belakang sebagian penonton sampai ada yang berdiri demi menyaksikan perlombaan yang semakin riuh saja. Para dewan juri sudah tampak kreatif dalam mengemas soal-soal yang mereka  sampaikan. Mereka membawakan soal-soal yang ada dengan selera humor masing-masing. Demi kesiapan mental para peserta cabe rawit itu para dewan juri menciptakan suasana auditorum perlombaan yang lebih ringan. Mencoba menetralisir jiwa peserta lomba yang mungkin saja merasa minder dan ndredek. Dewan juri juga menghimbau agar setiap group perlombaan mencoba microphone masing-masing demi kelancaran rangkai perlombaan ini.
Untuk kali ini, selain soal yang disediakan berkisar tentang tajwid, fiqih dasar, qur’an hadist, aqidah akhlaq, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dan matematika juga merambah pada soal bahasa Inggris serta soal tentang bacaan do’a, bacaan sholat, bacaan adzan dan lain-lain. Namun soal yang diberikan diperkirakan masih sebobot dengan soal dihari pertama. Ditengah-tengah perlombaan yang mulai menguras otak peserta, ustad Fathurrahman membaca sholawat nabi dengan mantab dan keras yang kemudian langsung disambut dengan jawaban sempurna oleh para penonton santri putri disana. Berharap lantunan sholawat mampu menjernihkan kembali otak peserta yang menegang. Seperti kebiasan yang biasa beliau lakukan, berkali-kali ustad Agus menagih applause untuk mensupport para peserta lomba. Babak penyisihan yang terlewati seperti sebuah penasan. Baik bagi dewan juri maupun para bagi peserta sendiri. Berbagai peristiwa unik banyak mengisi dibabak kedua. Yakni babak perebutan soal.

Sebagai pembuka babak perebutan Ustad Fathkurrahman mengajak peserta untuk bersholawat bersama. Beliau mengajak adik-adik kecil untuk melantunkan sholawat milik Habib Syaikh yang berjudul Rohatil .... Keantusiasan para peserta dalam membawakan lantunan sholawat yang berisi tentang silsilah dan sejarah nabi itu menunjukkan bahwa mereka memang mengenal sosok nabi Muhammad SAW lewat sejarah. Meski mereka masih kecil-kecil kemampuan mereka sebagai anak beragama memang tidak bisa diragukan. Hal itu juga bisa dibuktikan lewat perjuangan mereka saat berusaha menjawab soal-soal cerdas cermat.  Samar-samar para penonton ikut menyuarakan lantunan sholawat itu.  
Saat soal yang dipertanyakan tentang ‘bacaan adzan yang berbeda dari bacaan sholat pada umumnya’, gruop C menjawab dengan lafadz ‘assholatu khoirummiannaum .......’ yang dilantunkan dengan nada lantunan adzan. Sejenak suara merdu seorang bocah laki-laki yang mewakili kelompoknya memenuhi ruang auditorium. Tak pelah tepuk tangan riuh andalan penonton kembali terdengar. Semakin memeriahkan perjalan sore dilingkungan pesantren mayak itu. Bahkan dengan selera humornya, ustad Khusnudin memuji simuadzin kecil dadakan itu dengan menyinggung kepalanya yang tidak bersongkok. “Padahal songkoknya ketinggalan!”, begitu kata beliau. Namun, kemudian beliau mengatakan bahwa salah satu peserta dari peserta group C adalah artis korea. Beliau berpandangan bahwa wajah bocah tampan disana mirip dengan artis korea. Karuan saja pernyataan ustad Khusnudin itu membuahkan reaksi berbeda dari penonton. “Berdiri .... berdiri ......” begitulah penonton meminta permohonan dengan serentak. Namun kemudian permohonan itu tidak diluluskan
Dan seperti inilah kegiatan pada sore itu berlangsung. Diakhir acara ustad Fathurrahman kembali mengajak peserta untuk bersholawat bersama. Kali ini atas permintaan para penonton yang masih bersemangat. Walau acara akan segera berakhir. Acara akan kembali dihelat pada Kamis (21/05) besok. Dan akan dilanjutkan dengan babak final pada sabtu mendatang.
Ponorogo, 20 Mei 2015

Team Liputan Haflah 2015

0 komentar:

Posting Komentar