Ketika jarum pendek sudah menunjuk pada angka tiga para dewan juri
sudah terdengar membacakan tata tertib kembali. Rabu (20/5) merupakan hari
kedua dari rangkaian kegiatan cerdas cermat TPA, TPQ, Madrasah Diniyyah
se-kabupaten Ponorogo. Dihari kedua ini kegiatan yang sama dihelat di aula
putri pondok pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo. Masih ditempat yang sama
dengan kegiatan yang sama. Melanjutkan urutan peserta yang belum dijadwalkan maju dihari selasa kemarin. Namun
untuk dewan juri, dua juri masih sama dengan nama juri yang lalu. Beliau adalah
al ustadz Agus Yusuf Alamsyah dan al ustadz Fathurrahman. Dan tempat ustadz Khusnul
Atif digantikan oleh al ustadz Khusnudin. Bahkan dihari kedua ini para dewan
juri sempat diperkenalkan asal daerahnya masing-masing. Ustadz Agus berasal
dari Jambi, satu-satunya juri yang berasal dari luar jawa. Selanjutnya ustad
Fathurrahman berasal dari Jinggol Kendal Ngawi. Dan terakhir ustadz Khusnudin
berasal dari daerah Tlatah Bungkal Ponorogo. Ketiganya berkolaborasi untuk
memandu para peserta lomba dalam membacakan soal yang sebelumnya telah
disediakan oleh panitia lomba. Serta menentukan bagaimana pejalanan karier
peserta dimedan lomba nantinya.
Dan disore yang lumayan panas dan tidak begitu berangin ini peserta
lomba mulai berjuang demi mengharumkan nama sekolahnya masing-masing. Seperti
halnya keigatan perlombaan dihari pertama, MC terlebih dahulu memperkenalkan
nama masing-masing peserta dengan asal sekolah masing-masing. Tepuk tangan para
penonton kembali terdengar riuh menyambut pejuang-pejuang cilik itu. Dibarisan
belakang sebagian penonton sampai ada yang berdiri demi menyaksikan perlombaan
yang semakin riuh saja. Para dewan juri sudah tampak kreatif dalam mengemas
soal-soal yang mereka sampaikan. Mereka
membawakan soal-soal yang ada dengan selera humor masing-masing. Demi kesiapan
mental para peserta cabe rawit itu para dewan juri menciptakan suasana
auditorum perlombaan yang lebih ringan. Mencoba menetralisir jiwa peserta lomba
yang mungkin saja merasa minder dan ndredek. Dewan juri juga menghimbau
agar setiap group perlombaan mencoba microphone masing-masing demi
kelancaran rangkai perlombaan ini.
Untuk kali ini, selain soal yang disediakan berkisar tentang
tajwid, fiqih dasar, qur’an hadist, aqidah akhlaq, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan
Sosial dan matematika juga merambah pada soal bahasa Inggris serta soal tentang
bacaan do’a, bacaan sholat, bacaan adzan dan lain-lain. Namun soal yang
diberikan diperkirakan masih sebobot dengan soal dihari pertama.
Ditengah-tengah perlombaan yang mulai menguras otak peserta, ustad Fathurrahman
membaca sholawat nabi dengan mantab dan keras yang kemudian langsung disambut
dengan jawaban sempurna oleh para penonton santri putri disana. Berharap
lantunan sholawat mampu menjernihkan kembali otak peserta yang menegang.
Seperti kebiasan yang biasa beliau lakukan, berkali-kali ustad Agus menagih applause
untuk mensupport para peserta lomba. Babak penyisihan yang terlewati
seperti sebuah penasan. Baik bagi dewan juri maupun para bagi peserta sendiri. Berbagai
peristiwa unik banyak mengisi dibabak kedua. Yakni babak perebutan soal.
Sebagai pembuka babak perebutan Ustad Fathkurrahman mengajak peserta
untuk bersholawat bersama. Beliau mengajak adik-adik kecil untuk melantunkan
sholawat milik Habib Syaikh yang berjudul Rohatil .... Keantusiasan para
peserta dalam membawakan lantunan sholawat yang berisi tentang silsilah dan
sejarah nabi itu menunjukkan bahwa mereka memang mengenal sosok nabi Muhammad
SAW lewat sejarah. Meski mereka masih kecil-kecil kemampuan mereka sebagai anak
beragama memang tidak bisa diragukan. Hal itu juga bisa dibuktikan lewat
perjuangan mereka saat berusaha menjawab soal-soal cerdas cermat. Samar-samar para penonton ikut menyuarakan
lantunan sholawat itu.
Saat soal yang dipertanyakan tentang ‘bacaan adzan yang berbeda
dari bacaan sholat pada umumnya’, gruop C menjawab dengan lafadz ‘assholatu
khoirummiannaum .......’ yang dilantunkan dengan nada lantunan adzan. Sejenak
suara merdu seorang bocah laki-laki yang mewakili kelompoknya memenuhi ruang
auditorium. Tak pelah tepuk tangan riuh andalan penonton kembali terdengar.
Semakin memeriahkan perjalan sore dilingkungan pesantren mayak itu. Bahkan
dengan selera humornya, ustad Khusnudin memuji simuadzin kecil dadakan itu
dengan menyinggung kepalanya yang tidak bersongkok. “Padahal songkoknya
ketinggalan!”, begitu kata beliau. Namun, kemudian beliau mengatakan bahwa salah
satu peserta dari peserta group C adalah artis korea. Beliau berpandangan bahwa
wajah bocah tampan disana mirip dengan artis korea. Karuan saja pernyataan
ustad Khusnudin itu membuahkan reaksi berbeda dari penonton. “Berdiri ....
berdiri ......” begitulah penonton meminta permohonan dengan serentak. Namun kemudian
permohonan itu tidak diluluskan
Dan seperti inilah kegiatan pada sore itu berlangsung. Diakhir
acara ustad Fathurrahman kembali mengajak peserta untuk bersholawat bersama.
Kali ini atas permintaan para penonton yang masih bersemangat. Walau acara akan
segera berakhir. Acara akan kembali dihelat pada Kamis (21/05) besok. Dan akan
dilanjutkan dengan babak final pada sabtu mendatang.
Ponorogo, 20
Mei 2015
Team Liputan
Haflah 2015
0 komentar:
Posting Komentar